twitter


Baru saja membaca Tokoh Perubahan versi republika terdapat dua tokoh wanita...subhanallah^^, dan keduanya alumni IPB, Ibu Ratna Megawangi tokoh perubahan 2007 (Dosen saya di Mata Kuliah Pendidikan Karakter) dan Ibu Tri Mumpuni tokoh perubahan 2009.
Semoga menjadi inspirasi teman2 untuk terus berkarya dan menjadi tokoh perubahan berikutnya ^_^

Ratna Megawangi

Membangun Bangsa yang Berkarakter Kuat

Anak-anak bangsa berkarakter kuat. Itu cita-cita Ratna Megawangi mengembangkan pendidikan holistik berbasis karakter di Tanah Air. Maka, lewat Indonesia Heritage Foundation, sebuah lembaga yang didirikan bersama suaminya, Dr Sofyan A Djalil, ibu tiga anak ini pun mendirikan sekolah bagi anakanak prasekolah dan taman kanakkanak dengan pendekatan itu.

Setelah enam tahun, kini hampir 100 sekolah TK Karakter dan Semai Benih Bangsa bertebaran di berbagai kota di Indonesia. Di sekolah itu, anak-anak miskin sama percaya dirinya dengan anak kaya. Tak sekadar soal status sosial ekonomi, lewat sekolahnya anak-anak yang berbeda agama maupun suku pun memperoleh kesempatan yang sama.

Sebelumnya, lulusan terbaik Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1982 ini lebih dikenal sebagai penulis. Ia banyak menulis masalah perempuan dan keluarga yang terus digelutinya hingga kini. Menurut Ratna dalam Tokoh Indonesia, pendidikan holistik berbasis karakter yang dikembangkannya barulah sebuah ide kecil. Sebuah ide kecil yang perlahan tapi pasti mengubah paradigma bangsa menjadi bangsa yang berkarakter kuat.

Anak kedua dari enam bersaudara ini lahir di Jakarta, 24 Agustus 1958. Orangtuanya, Harmonie Djaffar dan Srie Mulyati, mem- berikan kemapanan ekonomi. Namun, mereka mendidik dan mengasuh anak dengan disiplin keras, mengajarkan anak hidup hemat dan sederhana.

Ratna dosen ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) IPB. Cintanya pada dunia pendidikan anak dan keluarga bersemi saat berada di Amerika Serikat. Yakni, saat ia mengambil program post doctoral pada 1991-1993. Di situ, sebagai peneliti independen ia mengadakan penelitian tentang keluarga dan perkembangan anak di sejumlah negara. ‘’Saya merasa inilah yang rasanya menyentuh bukan saja intelectual academic saya. Tetapi juga menyentuh hati saya, jiwa saya,’’ kata doktor international food and nutrition policy ini.

Lewat penelitian itu, Ratna mengamati ternyata persoalan anak dan keluarga —yang dianggap biasa-biasa saja oleh sebagian besar masyarakat— luar biasa menarik. Hasil penelitiannya kala itu diterbitkan United University Press, Tokyo pada 1995 dalam buku bertajuk Strengthening The Family: Implications for International Development ‘’Gizi adalah food for the physical body,’’ kata Ratna, Masalah-masalah pendidikan anak dan keluarga menurutnya merupakan food for the soul. Maka, wanita yang menempuh studi S-2, S-3, dan post doctoral di Tufts University, Medford, AS, ini sejak tahun 2000 berniat melakukan langkah nyata. Yakni, mendirikan Indonesia Heritage Foundation.

Universal

Pada tahap awalnya, dengan modal Rp 75 juta bersama suaminya, Ratna merekrut 12 orang mahasiswa terbaik IPB. Berikutnya, sejumlah donatur ikut bergabung.

Karakter nilai luhur universal seperti apa yang ditanamkan kepada anakanak sejak dini itu? Ada sembilan pilar karakter yakni, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kemandirian dan tanggung jawab; kejujuran/ amanah, diplomatis; hormat dan santun; dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerja sama; percaya diri dan pekerja keras; kepemimpinan dan keadilan; baik dan rendah hati, dan; karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Setahun setelah mendirikan yayasannya, Ratna mulai mengujicobakan pendidikan berbasis karakter itu. Pada 2003 mereka mengevaluasi dan mengadakan perbaikan. Dari hasil penelitian terhadap 600 murid atas dampak pendidikan karakter terhadap perilaku kesehariannya, Ratna bisa tersenyum gembira. ‘’Hasilnya luar biasa,’’ kata ibu dari Muhammad Rumi (22 tahun), Safitri Mutia (17), dan Muhammad Lutfi (9).

Tri Mumpuni

Pembangunan yang Ciptakan Pengemudi

Hidup harus menjadi rahmatan lil alamin. Inilah yang menjadi spirit Tri Mumpuni untuk berkeliling ratusan daerah di Tanah Air demi membangun pembangkit listrik mikrohidro. Ia membangun pembangkit listrik pedesaan yang selama ini belum terjangkau PLN. Dia benar-benar ‘mumpuni’ dalam memberdayakan dan ‘menerangi’ masyarakat pedalaman. Jika selama ini pembangunan pembangkit mikrohidro banyak dijalankan perusahaan, tidak demikian yang dilakukan Tri Mumpuni.

Perempuan ini justru melibatkan unsur masyarakat dalam setiap pembuatan pembangkit mikrohidro. ‘’Bukan kita yang bangun, mereka yang ikut memasang,’’ katanya. Melalui pendekatan seperti ini, Mumpuni sangat yakin masyarakat akan merasa memiliki fasilitas yang telah dibangun bersama itu, dengan merawat dan menjaganya. Lebih pentingnya lagi, masyarakat menjadi mandiri.

Kemandirian masyarakatlah yang dia harapkan. Tak sekadar menerangi desa, tapi juga mengajak warga untuk membangun desanya. ‘’Pembangunan bukan sekadar mem bangun fisiknya semata. Tapi, kita butuh pengemudinya. Mere ka lah yang akan menjadi agen perubahan di daerahnya,’’ tutur Mumpuni. Hingga saat ini, telah lebih dari 50 lokasi yang sudah dipelopori untuk mengembangkan teknologi mikrohidro secara mandiri oleh masyarakat setempat. Seperti di Sumatra Selatan, pembangkit mikrohidro dengan kapasitas 224 kilowatt dapat memberikan pendapatan masyarakat setempat Rp 45 juta sampai Rp 50 juta per bulan.

Berkat kegigihannya itu, Mumpuni juga dipercaya untuk merintis pengembangan pemberdayaan masyarakat dengan penerapan teknologi mikrohidro di beberapa negara lainnya, seperti Filipina, Fiji, Kamerun, dan Gambia. Sukses besar tersebut tidak membuat Mumpuni sombong. Bahkan ketika Republika memberitahukan bahwa dia terpilih sebagai salah satu Tokoh Perubahan Republika 2009, Mumpuni hanya bersyukur seraya berkata, ‘’Subhanallah, masih terlalu banyak PR (pekerjaan rumah) saya di Republik ini.’’

Mengapa Terpilih

  • Membangun pembangkit mikrohidro yang melibatkan unsur-unsur masyarakat agar mereka juga bisa menikmati terangnya listrik.
  • Ikut mengembangkan dan memberdayakan masyarakat di luar negeri.
  • Memberdayakan ekonomi masyarakat desa.
Sumber : http://www.republika.co.id/tokoh-perubahan/landingpage/2007.php